Fenomena Halo Effect adalah bias kognitif yang menyebabkan konsumen menilai kualitas keseluruhan suatu produk atau layanan berdasarkan satu atribut yang dianggap positif. Di dunia pemasaran, efek ini sering dimanfaatkan untuk memperkuat citra merek. Jika digunakan dengan tepat, Halo Effect dapat meningkatkan pengenalan merek dan loyalitas konsumen.
Dengan berkembangnya teknologi pemasaran, efek ini semakin kuat ketika dipadukan dengan konsep Neuromarketing, yang memberi wawasan tentang bagaimana otak manusia merespons berbagai rangsangan pemasaran. Keduanya sangat relevan dalam dunia branding, karena dapat meningkatkan persepsi konsumen terhadap merek dan menciptakan pengalaman yang lebih emosional dan berkesan. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana Halo Effect dapat diterapkan dalam strategi branding, serta hubungannya dengan Neuromarketing.
Apa Itu Halo Effect dan Bagaimana Ini Bekerja?
Halo Effect adalah fenomena psikologis di mana seseorang menilai kualitas keseluruhan suatu objek atau merek berdasarkan satu atribut positif yang dominan. Sebagai contoh, jika konsumen menyukai rasa kecap Bango yang gurih, mereka akan lebih cenderung menganggap produk lain dari Bango, seperti saus sambal atau produk lainnya, juga memiliki kualitas yang tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nisbett & Wilson (1977), Halo Effect bekerja dengan mempengaruhi penilaian konsumen secara keseluruhan, meskipun mereka belum mengevaluasi seluruh aspek produk. Dalam contoh Kecap Bango, pengalaman konsumen yang positif dengan produk kecap membuat mereka lebih cenderung membeli produk Bango lainnya tanpa terlalu banyak berpikir.
Fenomena yang serupa terjadi pada Indomie, yang dikenal luas di Indonesia. Banyak konsumen yang setia pada Indomie karena mereka sudah terpuaskan dengan cita rasanya. Akibatnya, mereka cenderung mempercayai produk-produk Indomie lainnya, meski tidak langsung mencoba semuanya. Inilah contoh nyata dari Halo Effect yang diterapkan pada produk-produk konsumen yang sudah teruji kualitasnya.
Neuromarketing: Menggabungkan Psikologi dan Neurosains dalam Branding
Neuromarketing adalah penggunaan pengetahuan tentang cara kerja otak untuk menciptakan pengalaman pemasaran yang lebih efektif. Dalam dunia branding, neuromarketing bisa digunakan untuk memahami bagaimana konsumen merespons berbagai elemen dalam iklan atau desain produk.
Sebagai contoh, studi oleh Lee, Broderick, dan Chamberlain (2007) menunjukkan bahwa emosi konsumen sangat memengaruhi keputusan pembelian. Ketika iklan Kopi Kapal Api menampilkan suasana hangat keluarga atau momen pagi hari yang menyenangkan, iklan tersebut bukan hanya menggambarkan produk, tetapi juga membangun koneksi emosional dengan konsumen. Ini berhubungan langsung dengan neuromarketing, di mana iklan yang dapat memicu respons emosional akan lebih efektif dalam membentuk keputusan konsumen.
Neuromarketing juga mengajarkan bahwa elemen visual dalam branding, seperti warna dan desain, dapat memperkuat kesan positif konsumen terhadap produk. Warna merah pada kemasan Kopi Kapal Api, misalnya, memberikan asosiasi energi dan kehangatan yang cocok dengan citra merek yang ingin dibangun.
Lihat juga: Neuromarketing Pada Pemasaran Digital
Strategi Branding Menggunakan Halo Effect
Strategi branding yang cerdas akan memanfaatkan Halo Effect untuk memperluas pengaruh merek ke berbagai lini produk. Ketika sebuah merek sudah memiliki reputasi positif di satu produk, merek tersebut dapat memanfaatkan efek ini untuk mempengaruhi keputusan konsumen terhadap produk lainnya.
Contoh nyata dari ini dapat dilihat pada Indomie. Sebagai merek mi instan yang sudah lama berdiri, kualitas rasa Indomie yang konsisten menciptakan persepsi bahwa semua varian rasa yang mereka tawarkan pasti enak. Ini memperkuat Halo Effect, di mana konsumen yang sudah puas dengan rasa Indomie Goreng akan cenderung mencoba varian rasa lainnya, seperti Indomie Soto Mie atau Indomie Kuah.
Selain itu, perusahaan seperti Bango juga memanfaatkan Halo Effect dengan mempertahankan kualitas dan inovasi pada setiap produk yang mereka keluarkan. Kecap Bango yang dikenal dengan rasa khasnya memberikan pengaruh besar pada penjualan produk lain, seperti Bango Saus Sambal atau Bango Kecap Manis.
Halo Effect pada Website Perusahaan
Website perusahaan memainkan peran penting dalam menciptakan kesan pertama bagi konsumen. Jika website perusahaan mudah diakses, informatif, dan estetis, maka pengalaman positif di website dapat meningkatkan Halo Effect terhadap produk dan layanan lainnya.
Misalnya, jika sebuah perusahaan seperti Indomie atau Bango memiliki website yang menarik dengan navigasi yang mudah dan informasi produk yang jelas, konsumen akan mengasosiasikan pengalaman positif ini dengan produk-produk mereka. Hal ini akan memperkuat citra merek di mata konsumen dan mempercepat keputusan pembelian produk lain dari merek tersebut.
Penelitian dari Google (2019) juga menunjukkan bahwa pengalaman pengguna yang baik di website dapat meningkatkan kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian. Kecepatan dan responsivitas situs, dua aspek penting dalam desain website, juga berperan dalam memperkuat Halo Effect yang telah tercipta sebelumnya.
Bagaimana KiosMaya Menerapkan Hal Ini Pada Jasa Pembuatan Website Corporate?
Halo Effect akan bekerja ketika pengguna pertama kali datang ke website dan merasakan kesan positif dari desainnya. Begitu pengunjung merasa nyaman dengan tampilan dan fungsionalitas website, mereka akan lebih cenderung memiliki penilaian positif terhadap layanan dan produk yang perusahaan Anda tawarkan, bahkan sebelum mereka mengeksplorasi lebih jauh.
Berikut contoh sekilas dari website yang kami buatkan untuk sebuah perusahaan Marine and Offshore Services yang berlokasi di Jakarta, Indonesia;

Desain yang rapi dan responsif akan meningkatkan pengalaman pengguna dan mempengaruhi penilaian mereka terhadap kualitas layanan atau produk yang Anda sediakan.
Selain itu, hero header (bagian paling atas website setelah menu), merupakan titik awal untuk memanfaatkan Halo Effect. Oleh karena itu, ada banyak teknik desain yang yang dapat diterapkan bersamaan dengan ide dan kreativitas. Hal ini dapat meningkatkan kesan pertama bagi para pengunjung website Anda.
Selanjutnya, kejelasan mengenai bisnis (layanan dan ataupun produk) sangat penting, akan tetapi perlu Anda kemas dengan visual yang menarik. Minimalisasi teks merupakan keahlian penting dalam presentasi, demikian pada website perusahaan. Ini merupakan lanjutan dari Efek Halo tersebut agar dapat mengkonversi pengunjung menjadi pelanggan. Cara ini kami terpakan juga di website KiosMaya.
Implementasi Halo Effect yang baik akan mendukung posisi perusahaan Anda sebagai perusahaan yang terpercaya di mata calon klien dan pengguna.
Peran Influencer dan Talent Iklan dalam Halo Effect
Penggunaan influencer dalam pemasaran kini semakin berkembang, terutama di Indonesia. Influencer yang memiliki audiens yang besar dan relevansi dengan merek dapat memperkuat Halo Effect yang sudah ada. Ketika seorang influencer yang dihormati mempromosikan produk seperti Kopi Kapal Api atau Indomie, pengikut mereka akan lebih cenderung menilai produk tersebut lebih tinggi hanya karena rekomendasi influencer tersebut.
Penting untuk memilih influencer yang memiliki kredibilitas dan nilai yang sesuai dengan merek. Misalnya, influencer yang mempromosikan makanan dan minuman berkualitas akan lebih berhasil memengaruhi konsumen yang memiliki ketertarikan pada produk serupa.
Namun, risiko yang perlu diperhatikan adalah jika reputasi influencer terganggu, citra merek yang mereka promosikan bisa ikut terpengaruh. Oleh karena itu, pemilihan influencer yang tepat sangat penting untuk menjaga keberlanjutan Halo Effect.
Neuromarketing dan Halo Effect dalam Pemasaran Digital
Neuromarketing dapat memperdalam pemahaman tentang bagaimana konsumen bereaksi terhadap elemen-elemen pemasaran tertentu. Salah satu contoh implementasi neuromarketing adalah dalam penggunaan warna dalam desain produk atau iklan.
Misalnya, penggunaan warna hijau pada kemasan Kecap Bango memberikan kesan alami dan segar, yang berhubungan dengan kualitas dan kesegaran bahan-bahan yang digunakan.
Selain itu, iklan yang menggugah emosi, seperti iklan Kopi Kapal Api yang menampilkan kehangatan kebersamaan, juga meningkatkan keterlibatan emosional konsumen. Ini menunjukkan bagaimana Halo Effect dapat diperkuat dengan neuromarketing untuk menciptakan pengalaman merek yang lebih mendalam.
Penelitian oleh Hansen (2010) menunjukkan bahwa emosi yang dipicu dalam iklan dapat memengaruhi keputusan pembelian. Oleh karena itu, memanfaatkan Halo Effect yang diperkuat dengan neuromarketing dapat memberikan keuntungan jangka panjang dalam pemasaran dan branding.
Kesimpulan
Menggunakan Halo Effect dalam strategi branding dapat menciptakan pengaruh yang besar dalam pemasaran, terutama ketika diterapkan bersama konsep Neuromarketing.
Merek-merek besar Indonesia seperti Indomie, Bango, dan Kopi Kapal Api telah sukses memanfaatkan efek ini untuk memperkuat citra merek mereka. Selain itu, penggunaan teknologi neuromarketing dalam desain iklan dan website dapat meningkatkan keterlibatan konsumen dan mempercepat keputusan pembelian.
Salah satu aspek pertama yang akan membentuk Halo Effect pada website adalah desain visual. Desain yang menarik dan mudah dinavigasi akan menciptakan kesan positif pertama kali bagi pengunjung. Misalnya, KiosMaya selalu menggunakan desain yang bersih dan profesional, dengan warna-warna yang konsisten dengan branding perusahaan dalam memberikan jasa pembuatan website perusahaan.
Mulailah memanfaatkan Halo Effect dan neuromarketing secara cerdas, praktisi pemasaran dapat membangun pengalaman merek yang konsisten, mendalam, dan lebih emosional, yang pada gilirannya meningkatkan loyalitas dan daya tarik merek di pasar.