Di era transaksi online yang semakin berubah secara eksponensial ini, sangat penting untuk memahami pola perilaku konsumen yang terus mengalami perubahan. Dalam artikel kali ini, kami akan menjelaskan kaitannya dengan digital marketing dan tujuan dari memahami perubahan pola perilaku tersebut.
Penyebab Bisnis Offline Sepi: Berubahnya Pola Perilaku Konsumen
Perubahan pola perilaku konsumen di Indonesia tidak terjadi hanya dalam waktu semalam. Perubahan ini sudah terjadi lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Di tahun sekarang ini, perubahan pola perilaku tersebut semakin terasa dampaknya pada bisnis offline. Kenapa?
Jumlah Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia
Saat ini, ada sebanyak 212 juta orang sudah menggunakan internet di Indonesia. 92% dari total populasi tersebut telah diperkenalkan dan terbiasa menggunakan marketplace online.
Shopee, salah satu situs marketplace online yang mempelopori sistem C.O.D atau cash on delivery ini memiliki 158 juta pengguna, atau lebih banyak sekitar 40 juta pengguna dari rival lokalnya, Tokopedia.
Persaingan antar marketplace online secara langsung menguntungkan para penjual dan pembeli, sehingga terjadi “booming” marketplace selama lebih dari lima tahun terakhir ini. Otomatis, hal ini menyebabkan pola perilaku konsumen menjadi berubah, dari offline ke online.
Terlepas dari adanya beberapa kekurangan pada ekosistem bisnis yang terjadi di marketplace, tetap saja intinya pola perilaku konsumen telah berubah. Ini memang perubahan zaman dan merupakan kenyataan yang harus dapat kita terima, terutama sebagai pebisnis.
Ini artinya, sebagian besar konsumen di tanah air lebih memilih belanja online daripada ke toko offline. Hanya sebagian kecil saja yang tersisa masih lebih memilih belanja langsung ke toko atau tempat si penjual.
Jika kenyataan tersebut dapat Anda terima, maka lanjut baca untuk mengetahui bagaimana pola perilaku konsumen online dalam mengambil keputusan.
Pola Perilaku Konsumen Online
Mungkin Anda dapat membayangkan sendiri diri Anda dan orang-orang terdekat dalam memesan makanan, membeli keperluan seperti celana pendek, alat olahraga, dekorasi rumah, dan sebagainya. Semua sudah berjalan pada saluran online bukan?
Nah, untuk memahami perilaku konsumen online, kita hanya perlu jujur dengan diri kita sendiri dan mengamati proses pengambilan keputusan, serta memvalidasinya melalui serangkan uji coba periklanan atau eksperimen A/B Testing. Ini adalah kunci dari keberhasilan bisnis di era digital. Sayangnya, untuk mendapatkan “settingan” yang pas untuk pemasaran digital itu tidak mudah dan memerlukan waktu serta biaya.
Dalam mengambil keputusan, ada beberapa hal yang kami temui selama memberikan jasa digital marketing, terutama di Indonesia, sebagai berikut:
Konsumen Banyak Mengetahui Produk dari Iklan Online
Baik melalui iklan di Youtube, Instagram, dan sebagainya, brand dan produk dapat menjangkau ratusan juta pemirsa dengan efisien. Buktinya, kita sendiri sering melihat iklan tersebut bukan?
Iklan yang sesuai dengan kebutuhan atau selaras dengan apa yang sedang kita cari, tentu lebih berpotensi untuk kita perhatikan. Setelah kita memperhatikan, lantas kita menjadi tertarik untuk mendapatkannya.
Sampai di sini, ada perbedaan perilaku konsumen offline dengan online, yang mana konsumen offline biasanya jika sudah tertarik lantas membeli. Sedangkan konsumen online tidak seperti itu, umumnya mereka akan mencari pembanding melalui search engine Google.
Konsumen Online Lebih Berhati-hati dalam Mengambil Keputusan
Sebelum memutuskan untuk membeli, konsumen online akan melakukan riset kecil-kecilan alias Googling untuk menemukan yang terbaik atau hanya sekedar untuk meyakinkan diri. Pada saat yang sama, mesin pencari Google juga turut menampilkan iklan sponsor dan bisnis yang muncul di hasil pencarian tersebut.
Dari fenomena tersebut, akan terdapat dua kemungkinan dalam pengambilan keputusan dalam konteks kondisi konsumen yang sudah siap membeli:
- Kembali lagi ke tempat di mana mereka melihat penawaran yang membuat tertarik.
- Mengunjungi website bisnis yang ada pada hasil pencarian di Google.
Inilah yang menjadi perbedaan dasar dengan pola perilaku konsumen off-line, dan sekaligus menjadi dasar pemahaman pola perilaku konsumen online. Lantas, bagaimana bisnis dapat menyikapi hal ini?
Bisnis Harus Cepat Ambil Keputusan
Setelah mengetahui perubahan pola perilaku konsumen dan pola perilaku konsumen online, sudah saatnya Anda mengambil keputusan, yakni beradaptasi. Mulailah untuk merangkul perubahan ini dengan mengalihkan sebagian biaya ke pemasaran digital.
Mulai dari membuat website, menjangkau pemirsa di media sosial, hingga konversi di marketplace atau toko online yang bebas komisi alias toko online milik Anda sendiri, harus segera dilakukan. Demikian untuk S.E.O atau optimasi di mesin pencari agar sering tampil di hasil pencarian dengan kata kunci yang relevan dan bersifat transaksional juga harus dilakukan oleh bisnis hari ini.
Mau Cepat Beradaptasi di Era Digital?
Teknologi digital telah memudahkan kita, dan sebagai pebisnis kita hanya perlu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Namun jangan khawatir, KiosMaya telah berpengalaman belasan tahun dalam pemasaran dan penjualan online siap menjaga bisnis Anda tetap tampil di mata jutaan konsumen di Indonesia.
Baca juga mengenai: Cara Kembangkan Bisnis di Era Digital
Pemasaran digital sudah banyak yang lakukan, dan berdasar pengalaman kami di KiosMaya menemukan bahwa mereka yang konsisten menjalankan pemasaran digital secara tepat, terukur, dan efisien yang terus menikmati hasil di era digital yang sangat dinamis.
Hubungi KiosMaya untuk konsultasikan rencana pemasaran digital bisnis Anda .